Malam pergantian tahun yang lalu...
Ketika aku menengadah ke langit dan melihat cahaya
kerlap-kerlip dari petasan yang diluncurkan...
Serta ketika dirumuni
oleh gelak tawa dan hangat keluarga di sekitar, aku termenung, menatap
kerlap-kerlip itu dengan kosong...
Dalam hati berbisik, “ Ah seandainya saja papa disini...
Mungkin dia akan senang berkumpul dengan ibunya dan adik-adiknya, serta
keponakan-keponakannya.... Dia dapat melihat rumah baru kami yang sudah
direnovasi... Dia dapat menemani mama... Dia dapat melihatku tumbuh dewasa dan
melihatku sudah kuliah... Dia akan melihat wajahku yang berjerawat dan tubuhku
yang membengkak dan seperti biasa pasti dia akan meledekku, dan kami akan
saling ledek-ledekkan... Dan seandainya papa masih disini, dia pasti akan
melihatku ketika nanti aku punya kekasih dan menikah, mempunyai keluarga...
Juga ketika aku pulang ke Jakarta dari Jogja, akan ada yang menjemputku atau
paling tidak akan ada sambutan kekonyolan di rumah seperti dulu lagi... “.
Lamunanku terhenti disana...
Hampir menitikkan air mata, karena menyadari betapa
seandainya itu banyak namun tidak dapat terwujud kembali...
Tersadar 7 tahun telah berlalu dan aku serta mama telah
melalui 7 kali tahun baru dan natalan tanpa kehadiran papa.
Entah mengapa pergantian tahun kemarin aku kembali teringat
kenangan-kenanganku bersama papa dan merasa sedih. Padahal tahun-tahun
sebelumnya aku mampu melalui awal tahun tanpa sedih karena teringat papa...
Mungkin karena tahun ini, aku
merayakan tahun baru dengan semua keluarga papa yang lengkap. Seperti ketika
awal tahun 2007 yang lalu, tahun dimana aku, mama dan keluarga papa dapat
merayakan tahun baru bersama, semua berkumpul. Semua persis seperti yang
dilakukan saat kemarin, bermain kembang api dan petasan bersama sepupu-sepupu
dan om juga para tante, bersenang-senang... Dan itu adalah perayaan awal tahun
terakhir, dimana aku dan mama merayakan tahun baru bersama papa.
Sampai akhirnya tanggal 14 Februari 2007, semua itu terasa seperti mimpi...
Seperti aku sedang tertidur dan aku yakin ketika aku bangun
semua akan kembali seperti semula... Waktu itu adalah ketika air mataku tak
mampu menitik dan waktu dimana aku merasa seperti hampa, tidak tahu harus berbuat
apa...
Aku tidak sedih, tapi
aku tahu aku juga tidak bahagia mendengar, melihatnya...
Tapi... Itu dia aku hampa... Hampa dan merasa aku sedang
bermimpi, dan aku yakin aku akan tersadar dan semua akan membaik keesokannya...
Namun, ketika aku kembali ke rumah, aku benar-benar
tersadar...
Tiada lagi suara kelintingan bel rumah berbunyi dan suara
berat yang akan memanggilku ketika sore hari, tiada lagi orang yang akan aku
buatkan teh/kopi, tiada lagi dada empuk yang akan menjadi bantalan ketika aku
tidur malam hari, tiada lagi tangan besar yang mengelus rambutku ketika aku mau
tidur dan tiada lagi suara mendengkur keras yang menjadi musikku sebelum
tidur...
Dan ketika itu tangisku meledak...
Semua kesedihan yang tidak mampu keluar ketika di rumah duka
atau pun pemakaman tak terbendung lagi... Teringat bahwa semuanya sudah
terlambat, ucapan maaf dan terimakasih serta perlakuan baik sudah tidak dapat
mengembalikan keadaan. Semua ombak kesadaran mengembalikanku ke kenyataan yang
harus aku hadapi...
Tidak akan ada lagi orang yang mengantarkanku ke sekolah...
Tidak akan ada lagi hadiah kecil berbentuk buku , yang biasanya setiap sore aku
dapatkan... Tidak ada lagi libur weekend dengan keluarga yang lengkap... Tidak ada lagi
yang akan berebut remot Tv, game denganku...
Tidak ada lagi bau wangi khas setiap pagi yang akan aku hirup... Tidak akan ada
lagi orang yang berbuat konyol lagi... Juga tidak akan ada lagi orang yang akan
kupanggil “papa...”. Dan aku tahu semua akan berubah...
“ Andaikan detik itu...
Kan bergulir kembali. Kurindukan suasana... Basuh jiwaku... Membahagiakan aku,
yang haus akan kasih dan sayangmu... “
-
Ada Band -
Tapi aku tahu, aku tidak akan pernah dapat memutar waktu
kembali, yang aku bisa lakukan adalah maju melawan waktu, bangkit dari
kesedihan dan menjalani hidup dengan baik.
Aku juga tahu, menangis dan menyesali semua yang aku lakukan
tidak akan membuat papa kembali hadir di dunia ini. Maka, saat ini yang harus
aku lakukan adalah memperbaiki kesalahanku yang telah aku lakukan kepada papa
dengan melakukannya kepada orang tua satu-satunya yang sekarang aku miliki,
yaitu mama...
Jika dahulu aku adalah anak yang susah diatur, tidak menurut,
judes, selalu marah ketika mamaku memintaku untuk melakukan sesuatu dan banyak
meminta. Sekarang aku berusaha agar saat ini mama tidak akan kerepotan
mengurusku, aku akan berusaha menunjukkan aku mampu menjadi anak yang tidak
akan mengecewakan orang tua, tidak mementingkan diri sendiri lagi seperti dulu.
Intinya aku hanya ingin mampu membahagiakan orang tuaku satu-satunya yang saat
ini aku miliki dan aku tidak mau lagi merasa menyesal seperti yang terjadi
sudah-sudah... Aku tidak mau terlambat lagi. Itu intinya...
Seperti pesan papa yang paling terakhir, “ Kamu baik-baik ya sama mama... Kalian kalau ada apa-apa saling
komunikasi, jangan diem-dieman... Saling ngejaga mulai dari sekarang...“
Nah, makanya buat kalian semua yang masih punya orang tua
yang lengkap sampai saat ini, usahain jangan terlalu ngerepotin mereka dan
hasilkan yang terbaik buat mereka, sebelum semua terlambat dan kamu belum mampu
memberikan kebahagiaan apa pun untuk mereka.
Mungkin ibu kalian adalah ibu paling tercerewet yang kalian
miliki, mungkin ayah kalian adalah ayah paling posessif yang kalian punyai.
Mungkin ayah, ibu kalian adalah orang tua paling menyebalkan sedunia dan kalian berharap
orang tua kalian dapat diganti dengan orang tua lain yang lebih baik. Tapi
sadarlah... Ketika mereka tiada, kalian akan merindukan apa yang mereka lakukan
ke kalian dahulu, bahkan hal paling menyebalkan sekali pun...
Jadi hargailah dan hormatilah orang tuamu. Dengarkan nasehat
orang tuamu, karena itu pasti hal terbaik untukmu tanpa kamu sadari. Jangan sampai
kamu menyesal di kemudian hari...
Doa untuk papa...
“ Pa, Onya sekarang
udah besar,Onya udah jadi mahasiswa di
ISI desain interior dan bentar lagi lulus. Doain ya, pa semoga lancar... Sama
doain semoga segala aspek kehidupan Onya dan mama dapat terpenuhi dan lancar,
serta diberi kemudahan oleh Tuhan Yesus. Oia sekarang rumah udah direnovasi,
anjing udah pada nggak ada. Terus sekarang teman-teman Onya juga bertambah,
Cuma pacar belum ada...Hehehe, doain ya pa... :p. Terus sekarang Onya mah udah
bisa mandiri, hidup sendiri di Jogja, pokoknya Onya udah nggak kaya Onya yang
dulu... Cuma sekarang Onya jerawatan sama badan tambah bengkak euy, mungkin
kalo papa ada, papa mah udah ngeledek Onya abis-abisan. Sama mama juga udah
nggak sering berantem lagi kaya dulu, kami berdua udah akur dan mampu bekerja
sama, saling nyemangatin seperti yang papa pengenin dulu... Aahh sama mama
belum dapat pengganti papa lagi ni, ya semoga kalo diizinkan sama Tuhan &
papa, mama bisa dapet pengganti yang oke ya, pa...hehehe
Nah, papa disana semoga
baik-baik aja ya. Semoga tenang dan
bahagia disana. Onya dan mama baik-baik aja, santaii... Tapi tetep doain kita
berdua semoga selalu lancar ya, pa. Salam buat Tuhan Yesus. Hehehe. Sip, byebye
Pa, baik-baik ya. We Love you and I miss you Pa... Amin. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar