Senin, 13 Januari 2014

Hi, Dad...

Malam pergantian tahun yang lalu...
Ketika aku menengadah ke langit dan melihat cahaya kerlap-kerlip dari petasan yang diluncurkan...
 Serta ketika dirumuni oleh gelak tawa dan hangat keluarga di sekitar, aku termenung, menatap kerlap-kerlip itu dengan kosong...
Dalam hati berbisik, “ Ah seandainya saja papa disini... Mungkin dia akan senang berkumpul dengan ibunya dan adik-adiknya, serta keponakan-keponakannya.... Dia dapat melihat rumah baru kami yang sudah direnovasi... Dia dapat menemani mama... Dia dapat melihatku tumbuh dewasa dan melihatku sudah kuliah... Dia akan melihat wajahku yang berjerawat dan tubuhku yang membengkak dan seperti biasa pasti dia akan meledekku, dan kami akan saling ledek-ledekkan... Dan seandainya papa masih disini, dia pasti akan melihatku ketika nanti aku punya kekasih dan menikah, mempunyai keluarga... Juga ketika aku pulang ke Jakarta dari Jogja, akan ada yang menjemputku atau paling tidak akan ada sambutan kekonyolan di rumah seperti dulu lagi... “. Lamunanku terhenti disana...
Hampir menitikkan air mata, karena menyadari betapa seandainya itu banyak namun tidak dapat terwujud kembali...
Tersadar 7 tahun telah berlalu dan aku serta mama telah melalui 7 kali tahun baru dan natalan tanpa kehadiran papa.
Entah mengapa pergantian tahun kemarin aku kembali teringat kenangan-kenanganku bersama papa dan merasa sedih. Padahal tahun-tahun sebelumnya aku mampu melalui awal tahun tanpa sedih karena teringat papa...
Mungkin karena tahun ini, aku merayakan tahun baru dengan semua keluarga papa yang lengkap. Seperti ketika awal tahun 2007 yang lalu, tahun dimana aku, mama dan keluarga papa dapat merayakan tahun baru bersama, semua berkumpul. Semua persis seperti yang dilakukan saat kemarin, bermain kembang api dan petasan bersama sepupu-sepupu dan om juga para tante, bersenang-senang... Dan itu adalah perayaan awal tahun terakhir, dimana aku dan mama merayakan tahun baru bersama papa.
Sampai akhirnya tanggal 14 Februari  2007, semua itu terasa seperti mimpi...
Seperti aku sedang tertidur dan aku yakin ketika aku bangun semua akan kembali seperti semula... Waktu itu adalah ketika air mataku tak mampu menitik dan waktu dimana aku merasa seperti hampa, tidak tahu harus berbuat apa...
 Aku tidak sedih, tapi aku tahu aku juga tidak bahagia mendengar, melihatnya...
Tapi... Itu dia aku hampa... Hampa dan merasa aku sedang bermimpi, dan aku yakin aku akan tersadar dan semua akan membaik keesokannya...
Namun, ketika aku kembali ke rumah, aku benar-benar tersadar...
Tiada lagi suara kelintingan bel rumah berbunyi dan suara berat yang akan memanggilku ketika sore hari, tiada lagi orang yang akan aku buatkan teh/kopi, tiada lagi dada empuk yang akan menjadi bantalan ketika aku tidur malam hari, tiada lagi tangan besar yang mengelus rambutku ketika aku mau tidur dan tiada lagi suara mendengkur keras yang menjadi musikku sebelum tidur...
Dan ketika itu tangisku meledak...
Semua kesedihan yang tidak mampu keluar ketika di rumah duka atau pun pemakaman tak terbendung lagi... Teringat bahwa semuanya sudah terlambat, ucapan maaf dan terimakasih serta perlakuan baik sudah tidak dapat mengembalikan keadaan. Semua ombak kesadaran mengembalikanku ke kenyataan yang harus aku hadapi...
Tidak akan ada lagi orang yang mengantarkanku ke sekolah... Tidak akan ada lagi hadiah kecil berbentuk buku , yang biasanya setiap sore aku dapatkan... Tidak ada lagi libur weekend  dengan keluarga yang lengkap... Tidak ada lagi yang akan berebut remot Tv, game denganku... Tidak ada lagi bau wangi khas setiap pagi yang akan aku hirup... Tidak akan ada lagi orang yang berbuat konyol lagi... Juga tidak akan ada lagi orang yang akan kupanggil “papa...”. Dan aku tahu semua akan berubah...
“ Andaikan detik itu... Kan bergulir kembali. Kurindukan suasana... Basuh jiwaku... Membahagiakan aku, yang haus akan kasih dan sayangmu... “
-          Ada Band -
Tapi aku tahu, aku tidak akan pernah dapat memutar waktu kembali, yang aku bisa lakukan adalah maju melawan waktu, bangkit dari kesedihan dan menjalani hidup dengan baik.
Aku juga tahu, menangis dan menyesali semua yang aku lakukan tidak akan membuat papa kembali hadir di dunia ini. Maka, saat ini yang harus aku lakukan adalah memperbaiki kesalahanku yang telah aku lakukan kepada papa dengan melakukannya kepada orang tua satu-satunya yang sekarang aku miliki, yaitu mama...
Jika dahulu aku adalah anak yang susah diatur, tidak menurut, judes, selalu marah ketika mamaku memintaku untuk melakukan sesuatu dan banyak meminta. Sekarang aku berusaha agar saat ini mama tidak akan kerepotan mengurusku, aku akan berusaha menunjukkan aku mampu menjadi anak yang tidak akan mengecewakan orang tua, tidak mementingkan diri sendiri lagi seperti dulu. Intinya aku hanya ingin mampu membahagiakan orang tuaku satu-satunya yang saat ini aku miliki dan aku tidak mau lagi merasa menyesal seperti yang terjadi sudah-sudah... Aku tidak mau terlambat lagi. Itu intinya...
Seperti pesan papa yang paling terakhir, “ Kamu baik-baik ya sama mama... Kalian kalau ada apa-apa saling komunikasi, jangan diem-dieman... Saling ngejaga mulai dari sekarang...“
Nah, makanya buat kalian semua yang masih punya orang tua yang lengkap sampai saat ini, usahain jangan terlalu ngerepotin mereka dan hasilkan yang terbaik buat mereka, sebelum semua terlambat dan kamu belum mampu memberikan kebahagiaan apa pun untuk mereka.
Mungkin ibu kalian adalah ibu paling tercerewet yang kalian miliki, mungkin ayah kalian adalah ayah paling posessif yang kalian punyai. Mungkin ayah, ibu kalian adalah orang tua  paling menyebalkan sedunia dan kalian berharap orang tua kalian dapat diganti dengan orang tua lain yang lebih baik. Tapi sadarlah... Ketika mereka tiada, kalian akan merindukan apa yang mereka lakukan ke kalian dahulu, bahkan hal paling menyebalkan sekali pun...
Jadi hargailah dan hormatilah orang tuamu. Dengarkan nasehat orang tuamu, karena itu pasti hal terbaik untukmu tanpa kamu sadari. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari...
Doa untuk papa...
“ Pa, Onya sekarang udah besar,Onya udah jadi mahasiswa  di ISI desain interior dan bentar lagi lulus. Doain ya, pa semoga lancar... Sama doain semoga segala aspek kehidupan Onya dan mama dapat terpenuhi dan lancar, serta diberi kemudahan oleh Tuhan Yesus. Oia sekarang rumah udah direnovasi, anjing udah pada nggak ada. Terus sekarang teman-teman Onya juga bertambah, Cuma pacar belum ada...Hehehe, doain ya pa... :p. Terus sekarang Onya mah udah bisa mandiri, hidup sendiri di Jogja, pokoknya Onya udah nggak kaya Onya yang dulu... Cuma sekarang Onya jerawatan sama badan tambah bengkak euy, mungkin kalo papa ada, papa mah udah ngeledek Onya abis-abisan. Sama mama juga udah nggak sering berantem lagi kaya dulu, kami berdua udah akur dan mampu bekerja sama, saling nyemangatin seperti yang papa pengenin dulu... Aahh sama mama belum dapat pengganti papa lagi ni, ya semoga kalo diizinkan sama Tuhan & papa, mama bisa dapet pengganti yang oke ya, pa...hehehe
Nah, papa disana semoga baik-baik aja ya.  Semoga tenang dan bahagia disana. Onya dan mama baik-baik aja, santaii... Tapi tetep doain kita berdua semoga selalu lancar ya, pa. Salam buat Tuhan Yesus. Hehehe. Sip, byebye Pa, baik-baik ya. We Love you and I miss you Pa... Amin. “





Tidak ada komentar:

Posting Komentar